BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 15 Mei 2010

PERKEMBANGAN KOMUNIKASI TOTAL DAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI)


A. Sejarah Pekembangan Komtal Di Indonesia
Pendidikan lembaga pendidikan yang menangani anak tuna rungu (ATR) dirintis oleh seorang istri seorang dokter telinga hidung tenggorokan (THT), C.M.Roelfsma Wesselink, dibandung pada tahun 1933 dengan menggunakan pengajaran dengan Metode Oral. Kemudian pada tahun 1938 di Wonosobo didirikan lembaga pendidikan oleh Misi Katolik yang hanya menerima siswi –siswi tuna rungu yang terkenal pula dengan metode oralnya. Lalu pada tahun 1953 didirikan sekolah lain di kota yang sama oleh Misi Bruder Charitas yang khusus mendidik siswa putra.

Lalu bagaimana dengan komunikasi total?
Perintisan komunikasi total dimulai pada tahun 1978 oleh SLB-B Zinnia dan SLB-B Karya Mulya pada tahun 1980. melihat perkembangan berbagai versi perangkat isyarat dalam menerapkan komunikasi total di indonesia, Balitbang Dikbud, Dekdikbut pada tahun1993 menyusun kamus baku. Dan pada tahun yang sama Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Depdikbud mengambil keputusan membakukan suatu Sistem Isyarat Nasional.



B. Proses Pengembangan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
Langkah pertama dalam proses ini adalah pertemuan yang diprakarsai oleh Direktorat Pendidikan Dasar, Depdikbud, antara konsultan dengan masing-masing instansi yang telah menghasilkan kamus isyarat. Berdasarkan pertemuan dan analisa dokumen kemudian disusun rekomendasi guna memilih dan mengembangkan bahasa isyarat indonesia yang baku.
Terdapat beberapa kriteria yang menurut konsultan oleh peneliti internasional dipandang sebagai suatu hal yang perlu untuk membuat sistem isyarat yang tepat guna bagi pelajar tuna rungu, yaitu:

1) Kaidah-Kaidah Pengembangan Sistem Isyarat
Berdasarkan rekomendasi konsultan dan panduan yang tertuang dalam pedoman penyusunan isyarat bahasa indonesia, digunakan kaidah pengembangan sebagai berikut:
• • Sistem isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili tata bahasa/ sintaksis bahasa indonesia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat indonesia.
• • Tiap isyarat dalam sistem yang disusun harus mewakili satu kata dasar yang berdiri sendiri atau tanpa imbuhan, tanpa menutup kemungkinan adanya beberapa perkecualian bagi dikembangkannya isyarat yang mewakili satu makna.
• • Sistem isyarat yang disusun harus mencerminkan situasi sosial, budaya, dan ekologi bangsa indonesia.
• • Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan kejiwaan siswa.
• • Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan bahasa siswa, termasuk metodologi pengajaran.
• • Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah ada dan banyak dipergunakan oleh kaum tuna rungu.
• • Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan digunakan oleh siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat.
• • Isyarat dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan maknanya. Artinya wujud isyarat harus secara visual memilliki unsur pembeda makna yang jelas, tetapi sederhana dan indah/ menunjukkan sifat yang luwes (memiliki kemungkinan untuk dikembangkan), jelas dan mantap (tidak berubah-ubah artinya).

2) Kegiatan pengembangan
Dengan memperhatikan kaidah yang telah disusun, maka dilakukan kegiatan sebagai berikut:
• • Penentuan daftar kosa kata untuk digunakan sebagai acuan guna untuk mengembangkan sistem isyarat. Dalam hal ini digunakan daftar kosa kata yang terdapat sebagai lampiran garis-garis besar program pengajaran (GBPP) bahasa indonesia sekolah dasar kurikulum 1994.
• • Inventarisasi isyarat berdasarkan daftar kosa kata tersebut dari kamus –kamus yang telah disusun oleh berbagai instansi yang telah disebut sebelumnya.
• • Pemilihan isyarat yang akan dibakukan.
• • Menyusun dan memantapkan deskripsi setiap isyarat yang sudah dipilih serta ketepatan gambarnya dalam rapat kerja, kemudian dilanjutkan dan diselesaikan oleh suatu tim yang dinamakan panitia tujuh pembakuan sistem isyarat bahasa indonesia.
• • Pada tanggal 11 januari 1994, diadakan seminar sistem isyarat bahasa indonesi tingkat nasional, yang dibuka oleh menteri pendidikan dan kebudayaan dan dihadiri konsultan Australia.
• • Dalam rangka hari pendidikan nasional tanggal 2 mei 1994, Mendikbud meluncurkan kamus sistem isyarat bahasa indonesia edisi 1 sebagai perangkat isyarat resmi bagi SLB-B yang menerapkan komunikasi total.
• • Pada waktu bersamaan, Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) mulai memperagakan isyarat pada penayangan berita. Tujuannya guna menggugah masyarkat umum bahwa ada golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai masalah komunikasi sehngga memerlukan pelayanan khusus.



C. Pengertian Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu ataupun komunikasi kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa indonesia.
Isyarat yang dikembangkan di indonesia secara umum mengikuti tata/aturan isyarat sebagaimana telah dikemukakan mengenai aspek linguistik bahasa isyarat.
Pada bab pendahuluan kamus dikatakan bahwa suatu isyarat terdiri dari dua komponen yaitu Komponen Penentu atau Pembeda Makna dan Komponen Penunjang:
1) Penampil, tangan/bagian tangan yang digunakan untuk membentuk isyarat (handshape)
2) Posisi, kedudukan satu tangan atau kedua tangan terhadap pengisyarat waktu berisyarat (orientation)
3) Tempat, bagian badan yang menjadi tempat isyarat dibentuk (location)
4) Gerak, yang meliputi arah gerak penampil ketika syarat dibuat, dan frekuensi ialah jumlah gerak yang dilakukan pada waktu isyarat dibentuk (movement).

Komponen penunjang ialah mimik muka, gerak tubuh, kecepatan dan kelenturan dalam bergerak (aspek non-manual isyarat).
Mengenai lingkup isyarat dapat dibedakan antara:
1) Isyarat pokok, yaitu isyarat yang mewakili sebuah kata atau konsep.
2) Isyarat tambahan, yaitu isyarat yang mewakili awalan, akhiran, dan partikel.
3) Isyarat bentukan, yaitu isyarat yang dibentuk dengan menggabungkan isyarat pokok dengan isyarat tambahan atau penggabungan dua isyarat pokok atau lebih.

Selain isyarat dalam sistem ini tercakup pula sistem ejaan jari yang digunakan untuk mengisyaratkan:
• • Nama diri
• • Singkatan atau akronim
• • Bilangan
• • Kata yang belum memiliki isyarat

Selanjutnya dalam berkomunikasi dengan sistem ini tidak berbeda dengan cara komunikasi secara lisan, yaitu aturan yang berlaku pada bahasa lisan berlaku pula pada sistem isyarat ini. Hanya saja intonasi tentu dilambangkan berbeda yaitu dengan mimik muka, gerak bagian tubuh, kelenturan, dan kecepatan dalam berisyarat.




D. Pentahapan Penerapan Komunikasi Total
Sebagai tindak lanjut pembukuan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dan diterbitkannya kamus isyarat edisi 1, Direktorat Pendidikan Dasar, Ditjen Pendidikan Dasar Dan Menengah telah menyelenggarakan berbagai kegiatan.

1) Penataran Sistem Isyarat
Sistem isyarat yang dibakukan wajib digunakan oleh semua SLB-B yang akan menerapkan komunikasi total. Sebagai konsekuensinya kepemilikan kamus isyarat belum merupakan jaminan akan dapat diterapkannya komunikasi total secara baik dan benar oleh para pendidiik di SLB-B. maka dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun sejak pencanangan, telah berkali-kali diadakan pelatihan/penataran.


Mata tataran bukan dibatasi pada sistem isyarat saja melainkan meliputi materi sebagai berikut:
• • Komunikasi total, latar belakang, pengertian dan penerepan.
• • Pengertian sistem isyarat bahasa indonesia sebagai komponrn manual komunikasi total.
• • Metode maternal reflektif sebagai metode pengajaran bahasa mutakhir yang bertolak dari percakapan menuju pelajaran membaca dan menulis dan penguasaan tata bahasa.
• • Bina wicara sebagai komponen oral komunikasi total.
• • Bina persepsi bunyi dan irama (BPBI) sebagai komponen aural.
• • Praktek komunikasi serempak dalam KBM komunikasi total.
• • Praktek keterampilan berisyarat.

2) Perluasan Kosa Isyarat
Disamping kegiatan penataran, juga dilakukan pengembangan atau perluasan kosa isyarat dan penyempurnaan atas wujud kamus isyarat meliputi gambar maupun deskripsi isyarat. Adapun cara yang ditempuh guna untuk penambahan kosa isyarat adalah:
a) Membentuk tim/panitia
b) Menentukan daftar kosa kata yang akan digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan kosa isyarat.
c) Mengadakan inventarisasi isyarat berdasarkan daftar kosa kata, baik diantara kaum tuna rungu di berbagai wilayah di indonesia (isyarat lokal), maupun diantara siswa tunurungu yang telah menerapkan komunikasi total (disebut isyarat temuan).
d) Melaksanakan analisa dan kodifikasi isyarat.
e) Melaksanakan pemantapan isyarat.

BEBERAPA KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(A) TUNANETRA
Fisik
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya:
1) Mata juling
2) Sering berkedip
3) Menyipitkan mata
4) (kelopak) mata merah
5) Mata infeksi
6) Gerakan mata tak beraturan dan cepat
7) Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
8) Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
Perilaku
1) Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini:
• Menggosok mata secara berlebihan
• Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan.
• Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
• Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
• Membawa bukunya ke dekat mata.
• Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
• Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
• Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
• Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.
• Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak jauh.
2) Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti:
(a) Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.
(b) Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
(c) Merasa pusing atau sakit kepala.
(d) Kabur atau penglihatan ganda.
Psikhis
Secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mental/intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
2) Sosial
Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:
(1) Curiga terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain.
Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
(2) Perasaan mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
(3) Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
Low Vision
• Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:
• Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat
• Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
• Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut.
• Terlihat tidak menatap lurus ke depan.
• Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu.
• Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.
• Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.







(B) TUNARUNGU
1. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.
2. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
a. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada "aku/ego", sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
c. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
d. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
f. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
3. Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.







(C) TUNAGRAHITA
Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga tunagrahita berat mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai tunagrahita berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tunagrahita berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.







(D) TUNADAKSA
Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.
Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa antara lain:
• Kelainan perkembangan/intelektual
• Ganguan pendengaran.
• Gangguan penglihatan
• Gangguan taktik dan kinestetik.
• Gangguan pesepsi
• Gangguan emosi.



(E) TUNA LARAS
Penggolongan anak tunalaras dapat ditinjau dari segi gangguan atau hambatan dan kualifikasi berat ringannya kenakalan, dengan penjelasan sbb :
1. Menurut jenis gangguan atau hambatan
a. Gangguan Emosi
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas
Gangguan atau hambatan terutama tertuju pada keadaan dalam dirinya. Macam-macam gejala hambatan emosi, yaitu:
• Gentar, yaitu suatu reaksi terhadap suatu ancaman yang tidak disadari, misalnya ketakutan yang kurang jelas obyeknya.
• Takut, yaitu rekasi kurang senang terhadap macam benda, mahluk, keadaan atau waktu tertentu. Pada umumnya anak merasa takut terhadap hantu, monyet, tengkorak, dan sebagainya.
• Gugup nervous, yaitu rasa cemas yang tampak dalam perbuatan-perbuatan aneh. Gerakan pada mulut seperti meyedot jari, gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh sekitar hidung, seperti mencukil hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung. Gerakan sekitar jari seperti mencukil kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari. Gerakan sekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar rambut.
• Demikian pula gerakan-gerakan seperti menggosok-menggosok, mengedip-ngedip mata dan mengrinyitkan muka, dan sebagainya.
• Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang apabila orang lain memperoleh keuntungan dan kebahagiaan.
• Perusak, yaitu memperlakukan bedan-benda di sekitarnya menjadi hancur dan tidak berfungsi.
• Malu, yaitu sikap yang kurang matang dalam menghadapi tuntunan kehidupan. Mereka kurang berang menghadapi kenyataan pergaulan.
• Rendah diri, yaitu sering minder yang mengakibatkan tindakannya melanggar hukum karena perasaan tertekan.
b. Gangguan Sosial
Anak ini mengalami gangguan atau merasa kurang senang menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.









(F) ANAK BERBAKAT
Karakteristik Intelektual-Kognitif
• Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
• Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
• Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
• Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
• Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
• Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
• Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
• Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
• Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
• Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
• Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
• Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
• Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
• Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
• Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
Karakteristik Persepsi/Emosi
• Sangat peka perasaannya.
• Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
• Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
• Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
• Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
• Pada umumnya introvert.
• Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
• Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
• Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
• Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
• Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
• Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
• Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
• Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
• Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
• Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
• Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
• Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
• Karakteristik Aktifitas
• Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
• Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
• Sangat waspada.
• Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
• Tekun, gigih, pantang menyerah.
• Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
• Spontanitas yang tinggi.
• Karakteristik Relasi Sosial
• Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
• Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
• Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
• Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
• Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.



(G) TUNA GANDA
tunaganda biasanya menunjukkan fenomena-fenomena perlaku di antaranya :
1. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi.
2. Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat.
3. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan.
4. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
5. Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.
6. Kecenderungan lupa akan keterampilan keterampilan yang sudah dikuasai.
7. Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan keterampilan keterampialan dari suatu situasi ke situasi lainnya.
Klasifikasi anak Tunaganda
Pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelaianan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3. kelainan utamanya tunanetra.
Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa.
Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras.
Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.




AUTIS
The National Autistic Society mengemukakan ada tiga karakter utama yang menunjukkan seseorang menderita autis yakni :
• Social interaction – kesulitan dalam melakukan hubungan sosial,
• Social communication – kesulitan dengan kemampuan komuniskasi secara verbal dan nion verbal, sebagai contoh tidak mengetahui arti gerak isyarat, ekspresi wajah ataupun penekanan suara.
• Imagination – kesulitan untuk mengembangkan mainan dan imajinasinya, sebagai contoh memiliki keterbatasan aktifitas yang membutuhkan imajinasi.

Julianti Gunawan, menuliskan,”Ciri-ciri gejala autisme nampak dari gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi, dan sensoris. Secara umum, anak autis dikatakan “sembuh” bila mampu hidup mandiri (sesuai dengan tingkat usia), berperilaku normal, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lancar serta memiliki pengetahuan akademis yang sesuai anak seusianya.

Jumat, 14 Mei 2010

Awal Pendidikan Tunarungu Hingga Kebebasan Berexpresi Mulai ada

Cardano Geronimo, seorang Dokter Italia, adalah salah seorang sarjana pertama yang mengakui bahwa belajar tidak memerlukan pendengaran.Pada tahun 1500-an, ia menemukan bahwa orang tuli dapat dididik dengan menggunakan kata-kata tertulis. Dia menggunakan metode untuk mengajar anak tuli itu sendiri.

Pada sekitar waktu yang sama di Spanyol, Pedro Ponce de Leon mendidik anak-anak tuli dari keluarga bangsawan Spanyol.Pedro Ponce de Leon adalah seorang biarawan Benediktin dan sangat sukses dengan metode pengajarannya.

Juan Pablo de Bonet terinspirasi oleh kesuksesan Leon untuk menggunakan metode sendiri untuk mengajarkan tuli juga. Dia juga seorang biarawan Spanyol dan menggunakan metode sebelumnya membaca, menulis, dan speechreading serta alfabet manual sendiri untuk mendidik orang tuli. Ini adalah abjad pertama dikenal sistem manual dalam sejarah bahasa isyarat.The handshapes dalam alfabet ini mewakili suara pidato yang berbeda.

pendidikan terorganisir orang tuli tidak ada sampai 1750-an. Hal ini terjadi ketika hubungan agama dan sosial pertama bagi orang tuli didirikan di Paris oleh Abbe Charles Michel de L'Epee, seorang imam Perancis. Abbe de L'Epee adalah salah satu orang paling penting dalam sejarah bahasa isyarat.

Sebuah cerita umum diceritakan sepanjang sejarah klaim bahasa isyarat yang L'Epee bertemu dua saudara perempuan tuli secara kebetulan ketika mengunjungi dilanda kemiskinan bagian dari Paris.Ibu mereka menginginkan dia untuk mendidik anak-anak perempuannya dalam agama. Setelah menemukan mereka tuli, ia terinspirasi untuk mendidik mereka.Segera setelah itu, ia benar-benar mengabdikan hidupnya untuk pendidikan tuli.

Abbe Charles Michel de L'Epee didirikan sekolah publik pertama gratis untuk anak-anak tuli pada 1771. Itu disebut Institut Nasional des Jeune Sourds-Muets (National Institute for Deaf-bisu). Anak-anak datang dari seluruh negeri untuk pergi ke sekolah ini. Anak-anak telah menandatangani di rumah, dan L'Epee belajar semua tanda-tanda yang berbeda. Dia menggunakan tanda-tanda dia belajar untuk mengajar murid-muridnya Prancis.

Tanda-tanda ini segera menjadi bahasa baku L'Epee diajarkan. sekolah lainnya didirikan, dan banyak siswa membawa bahasa ini pulang ke komunitas mereka. Ini bahasa baku pertama dalam sejarah bahasa isyarat yang sekarang dikenal sebagai Old Prancis Bahasa Isyarat. Bahasa ini tersebar luas di seluruh Eropa sebagai makin banyak murid yang dididik.

Hari ini, Abbe de L'Epee dikenal dalam sejarah bahasa isyarat sebagai "Bapak Pendidikan Bahasa isyarat dan Tuli" karena dua puluh satu sekolah ia mendirikan dan semua yang telah dilakukan untuk orang tuli.

Banyak orang mengatakan bahwa Abbe de L'Epee menciptakan bahasa isyarat. Hal ini tidak benar.

Meskipun Abbe de L'Epee mengklaim bahasa isyarat merupakan bahasa alam untuk orang tuli, seorang pria bernama Samuel Heinicke mendukung metode lisan. Oralism dibawa sekitar sebagai orang menggunakan sistem speechreading berbicara dan mengajar siswa tuli, bukan tanda dan fingerspelling. Samuel Heinicke adalah seorang pendidik Jerman. Dia mengajarkan murid-muridnya bagaimana berbicara dengan memiliki mereka merasakan getaran tenggorokan ketika ia berbicara.

Setelah semua ini kemajuan positif dalam sejarah bahasa isyarat, oralism adalah gundukan di jalan.

Seperti Pater de L'Epee adalah ayah "dari bahasa isyarat," Samuel Heinicke dikenal sebagai "bapak oralism."


Helen Keller

orang tuli-buta pertama yang dididik adalah Laura Bridgman . She was born 50 years before Helen Keller, Dia lahir 50 tahun sebelum Helen Keller, tetapi biasanya tidak dikreditkan dengan menjadi orang tuli-buta pertama untuk belajar bahasa.
Helen Keller adalah buta tuli-orang yang paling terkenal (ia telah mengambil kredit sebelum Laura Bridgman). Meskipun dia bukan orang buta tuli pertama yang berpendidikan, Helen adalah orang pertama yang lulus dari perguruan tinggi, dan dia melakukannya dengan pujian.

Lain topik umum di Komunitas Tuli adalah orang-orang tuli dan olahraga. tuli atlet favorit saya adalah William "Dummy" Hoy . Dummy Hoy tuli pertama adalah pemain liga bisbol utama. Dia memukul pertama grand-slam home run di liga Amerika, dan menciptakan sinyal tangan yang masih digunakan dalam bisbol hari ini.

Saya kira begitu menakjubkan bahwa satu atlet tuli dapat berdampak begitu banyak dan begitu banyak memecahkan rekor dalam bisbol, namun banyak orang tidak tahu tentang dia. Truly amazing.

Salah satu pendukung setia oralism sebagian besar adalah Alexander Graham Bell (ya, orang yang menemukan telepon). Bell mulai sekolah di Boston pada tahun 1872 untuk melatih guru orang tuli untuk menggunakan metode oral. Dia adalah satu orang dalam sejarah bahasa isyarat yang benar-benar mencoba untuk merusak kehidupan orang-orang tuli.

Pada 1890, ia mendirikan Asosiasi Amerika untuk Mempromosikan Pengajaran Pidato di tuli, Inc ini sekarang disebut Alexander Graham Bell Asosiasi untuk Tuli.

Perdebatan komunikasi ditandatangani versus bahasa lisan intensif selama 1880-1990. Pada 1880, Kongres Internasional tentang Pendidikan yang Deaf bertemu di Milan, Italia, untuk mengatasi masalah ini. Banyak pemimpin pendidikan menghadiri konferensi ini. Pertemuan ini sekarang dikenal sebagai Konferensi Milan.

Para pendukung oralism memenangkan suara." Kongres melewati sebuah deklarasi yang menyatakan "keunggulan disangkal pidato atas tanda untuk mengintegrasikan bisu-tuli ke dalam masyarakat dan untuk memberinya perintah yang lebih baik dari bahasa."

Hasil konferensi ini sangat merusak. Selama sepuluh tahun berikutnya, penggunaan bahasa isyarat dalam mendidik orang tuli menurun drastis. Beberapa pendukung oralism ingin menghilangkan bahasa isyarat sepenuhnya. Ini tonggak dalam sejarah bahasa isyarat hampir membawa Deaf kembali ke tanah nol setelah semua kemajuan mereka.

80 persen anak-anak tuli diajarkan dalam program lisan oleh 1920. Guru orang tuli berubah dari 40 persen tuli dan pendengaran 60 persen menjadi hanya 15 persen tuli pada 1860-an.

Meskipun oralism memenangkan pertempuran, mereka tidak menang perang. Di luar kelas, bahasa isyarat masih banyak digunakan bahasa. Nasional Asosiasi yang Deaf (NAD) didirikan di Amerika Serikat dan didukung penggunaan tanda. Mereka mendapatkan banyak dukungan tentang putusan pada konferensi di Milan. NAD terus menggunakan bahasa isyarat hidup sebagai oralism mereka berpendapat bahwa bukanlah pilihan pendidikan yang tepat untuk orang tuli banyak.

Pada tahun 1960, sesuatu yang besar terjadi Stokoe. William, sidang Gallaudet College profesor, menerbitkan monografi terobosan yang terbukti ASL adalah bahasa yang nyata sekali dan untuk semua.

Stokoe tesisnya disajikan dalam Bahasa Isyarat Struktur bahwa American Sign Language adalah bahasa yang unik terpisah dari bahasa Inggris. Dia bersaksi bahwa ASL bukanlah terjemahan bahasa Inggris, tapi bahasa dengan tata bahasa sendiri dan sintaks. . Stokoe menyatakan bahwa ASL dapat mengkomunikasikan ide-ide abstrak dan informasi yang rumit seperti bahasa yang dipakai.

American Sign Language adalah selanjutnya diakui sebagai bahasa nasional penting.

Stokoe kemudian turut menulis Kamus American Sign Language pada tahun 1965. Dia juga mendirikan Laboratorium Penelitian Linguistik di Universitas Gallaudet pada tahun 1970.

I Pada tahun 1964, Kongres mengeluarkan Laporan Babbidge pada pendidikan lisan orang tuli. " Laporan tersebut menyatakan bahwa pendidikan oral kegagalan "menyedihkan." Hal ini akhirnya menolak keputusan yang dibuat di Milan.

Sebuah gerakan yang dimulai pada tahun 1970 tidak memilih baik ditandatangani atau pendidikan lisan untuk orang tuli. Sebaliknya, gerakan berusaha untuk campuran beberapa metode pendidikan untuk membentuk Komunikasi Total. Metode ini menjadi sebuah filosofi baru bagi pendekatan pendidikan tuli.


Memungkinkan orang tuli hak untuk setiap informasi melalui segala cara yang mungkin, Jumlah Komunikasi dapat mencakup fingerspelling, bahasa isyarat, pidato, pantomim, lipreading, gambar, komputer, menulis, gerak-gerik, ekspresi wajah, membaca, dan mendengar perangkat bantuan.

Hukum Publik 94-142 disahkan pada tahun 1975, membutuhkan anak-anak cacat di AS yang akan diberikan dengan bebas dan tepat pendidikan. Hukum ini memungkinkan banyak orang diarusutamakan ke sekolah-sekolah umum reguler. . Para siswa masih menerima instruksi khusus, tetapi dapat berinteraksi dengan penduduk sekolah umum publik.

Satu lagi peristiwa besar dalam sejarah bahasa isyarat adalah Deaf Presiden Sekarang (DPN) gerakan. Gerakan terpadu DPN orang tuli setiap usia dan latar belakang dalam perkelahian kolektif untuk didengar. kemenangan mereka adalah bukti fakta bahwa mereka tidak perlu menerima keterbatasan masyarakat pada budaya mereka.

I Pada tahun 1995, seorang wanita bernama Heather Whitestone menjadi wanita tuna rungu pertama yang Mengikuti Miss Amerika pada Miss Amerika. Dia menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang tuli dapat melakukan apa saja orang bisa mendengar, dan bahwa segala sesuatu yang mungkin dengan pertolongan Allah SWT.

Sejarah Tunarungu Sebelum Mengenal Pendidikan

Bagaimana pengalaman hidup tuli hari ini secara langsung berkaitan dengan bagaimana mereka diperlakukan di masa lalu. Tidak lama yang lalu ketika orang-orang tuli sangat tertindas dan ditolak bahkan hak-hak dasar mereka.

Yang banyak orang tuli terkenal yang telah membuat nama untuk orang tuli sepanjang sejarah bahasa isyarat dan membuktikan bahwa orang-orang tuli dapat, pada kenyataannya, membuat sejarah.

Aristoteles adalah orang pertama untuk membuat klaim dicatat tentang tuli. Teorinya adalah bahwa orang-orang hanya bisa belajar melalui mendengar kata-kata yang diucapkan. Ini adalah awal dari penindasan orang-orang tuli dalam sejarah bahasa isyarat. . orang tuli karena itu dilihat sebagai tidak mampu belajar atau dididik sama sekali.

Oleh karena itu, mereka bahkan menolak hak-hak dasar mereka. I Di beberapa tempat, mereka tidak diperkenankan untuk menikah atau properti sendiri. Sebagian bahkan dipaksa untuk memiliki wali. " hukum itu mereka diberi label sebagai "non-orang."

. Klaim ini akhirnya menantang selama Renaissance di Eropa. Para ahli telah melakukan upaya pertama mereka untuk mendidik orang tuli dan membuktikan tahun 2000 keyakinan lama salah. Tandai ini dalam sejarah bahasa isyarat adalah awal dari pengembangan bahasa ditandatangani

Kamis, 06 Mei 2010

Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada kelas Inklusi

setelah ditetapkan model penempatan siswa luar biasa, yang perlu dilakukan berikutnya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas inklusi antara lain seperti di bawah ini.

A.Merencanakan Kegiatan pembelajaran
1.Menetapkan Tujuan
2.Merencanakan Pengelolaan Kelas
a. Menentukan penataan ruang kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b. Menentukan cara pengorganisasian siswa agar setiap siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, misalnya:
1) Individual
2) Berpasangan
3) Kelompok kecil
4) Klasikal

3.Merencanakan Pengorganisasian Bahan
a. Menetapkan bahan utama (pokok) yang akan diajarkan;
b. Menentukan bahan pengayaan untuk siswa yang pandai;
c. Menentukan bahan remidi untuk siswa yang kurang pandai

4.Merencanakan Pengelolaan Kegiatan pembelajaran
a. Merumuskan tujuan pembelajaran;
b. Menentukan metode mengajar;
c. Menentukan urutan/langkah-langkah mengajar, misalnya;
1)Pembukaan/apersepsi
2)Kegiatan inti
3)Penutup/evaluasi

5.Merencanakan Penggunaan Sumber Belajar
a.Menentukan sumber bahan pelajaran (misalnya Buku Paket, Buku Pelengkap, dan sebagainya)
b.Menentukan sumber belajar (misalnya globe, foto, benda asli, benda tiruan, lingkungan alam, dan sebagainya)

6.Merencanakan Penilaian
a.Menentukan bentuk penilaian (misalnya tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan);
b.Membuat alat penilaian (menuliskan soal-soalnya);
c.Menentukan tindak lanjut


B.Melaksanakan Kegiatan pembelajaran
1.Berkomunikasi dengan siswa
a.Melakukan appersepsi;
b.Menjelaskan tujuan mengajar;
c.Menjelaskkan isi/materi pelajaran;
d.Mengklarifikasi penjelasan apabila siswa salah mengerti atau belum paham;
e.Menanggapi respon atau pertanyaan siswa;
f.Menutup pelajaran (misalnya merangkum, meringkas, menyimpulkan, dan sebagainya).

2.Mengimplementasikan Metode, Sumber Belajar, dan Bahan Latihan yang sesuai dengan Tujuan Pembelajaran
a.Menggunakan metode mengajar yang bervariasi (misalnya ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, dan sebagainya);
b.Menggunakan berbagai sumber belajar (misalnya globe, foto, benda asli, benda tiruan, lingkungan alam, dan sebagainya);
c.Memberikan tugas/latihan dengan memperhatikan perbedaan individual;
d.Menggunakan ekspresi lisan dan/atau penjelasan tertulis yang dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang diajarkan.

3.Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
a.Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif (misalnya dengan mengajukan pertanyaan, memberi tugas tertentu, mengadakan percobaan, berdiskudsi secara berpasangan atau dalam kelompok kecil, belajar berkooperatif).
b.Memberi penguatan kepada siswa agar terus terlibat secara aktif;
c.Memberikan pengayaan (tugas-tugas tambahan) kepada siswa yang pandai;
d.Memberikan latihan-latihan khusus (remidi) bagi siswa yang dianggap memerlukan

4.Mendemontrasikan penguasaan materi dan relevansinya dalam kehidupan
a.Mendemontrasikan penguasaan materi pelajaran secara meyakinkan (tidak ragu-ragu); dengan menggunakan media yang sesuai.
b.Menjelaskan relevansinya materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari

5.Mengelola waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pengajaran
a.Menggunakan waktu pengajaran secara efektif sesuai dengan yang direncanakan;
b.Mengelola ruang kelas sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran;
c.Menggunakan bahan pengajaran (misalnya bahan praktikum) Secara efesien;
d.Menggunakan perlengkapan pengajaran (misalnya peralatan percobaan) secara efektif dan efesien.

6. Mengelola Pembelajaran Kelompok yang Kooperatif

Pembelajaran yang efektif berarti mengkombinasikan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menjadikan kelas lebih hidup, penuh tantangan dan menyenangkan.
Berbagai pendekatan dalam kelompok:

a. Pembelajaran langsung pada seluruh kelas
Pendekatan ini cocok untuk memperkenalkan berbagai topik. Guru menyiapkan beberapa pertanyaan untuk dijawab peserta didik sesuai dengan kemampuannya. Guru dapat menggunakan kelas untuk bercerita atau menunjukkan karya mereka seperti membuat puisi, lagu, bercerita atau membuat permainan secara bersama-sama. Guru harus berupaya menciptakan strategi pembelajaran dengan materi yang sesuai yang dapat mengakomodasi semua keragaman. Untuk dapat mendorong semua siswa aktif, guru dapat memberikan tugas yang berbeda pada setiap kelompok atau memberikan tugas yang sama dengan hasil yang diharapkan berbeda.

b. Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual diberikan pada peserta didik tertentu untuk membantu mereka menyelesaikan masalahnya seperti pada peserta didik berbakat dengan mendorong mereka memberikan tugas yang lebih menantang.

c. Pembelajaran untuk kelompok kecil
Guru membagi peserta didik dalam kelompok kecil dengan menggunakan strategi yang efektif yang dapat memenuhi semua kebutuhan peserta didik. Guru dapat mendorong peserta didik agar dapat bekerja lebih kooperatif.

Pembelajaran yang kooperatif
Pembelajaran yang kooperatif terjadi ketika peserta didik berbagi tanggungjawab untuk mencapai tujuan bersama. Guru hendaknya berupaya menghindari pembelajaran yang kompetitif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar sehingga peserta didik merasa mampu mengatasi permasalahan mereka sendiri dan merasa dihargai.

Pembelajaran yang kooperatif dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman dan rasa senang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, terhadap kelompoknya, dan terhadap pekerjaannya. Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilannya seperti peserta didik perempuan menjadi presenter, dan peserta didik laki-laki menjadi notulis dan kegiatan lainnya sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari aktivitas kerja kelompok yang kooperatif.



7. Melakukan evaluasi
e.Melakukan penilaian selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung (baik secara lisan, tertulis, maupun pengamatan);
f.Mengadakan tindak lanjut hasil penilaian. Tindak lanjut diselenggarakan untuk jalan keluar agar kompetensi yang ditargetkan tercapai.

C. Membina Hubungan Antar Pribadi

Layanan pembelajaran harus disertai dengan pembinaan hubungan antar pribadi agar peserta didik sekaligus terpupuh rasa kebersamaan, toleransi dan pengembangan diri lebih lanjut. Hubungan antar pribadi yang baik yang dilakukan oleh guru akan melancarkan proses pendidikan dan pemecahan masalah. Bentuk-bentuk hubungan antar pribadi dapat diwujudkan dalam bentuk:

1.Bersikap terbuka, toleran, dan simpati terhadap siswa
a.Menunjukkan sikap terbuka (misalnya mendengarkan, menerima, dan sebagainya) terhadap pendapat siswa;
b.Menunjukkan sikap toleran (mau mengerti) terhadap siswa;
c.Menunjukkan sikap simpati (misalnya menunjukkan hasrat untuk memberikan bantuan) terhadap permasalahan/kesulitan yang dihadapi siswa;
d.Menunjukkan sikap santun tidak kasar (tidak mudah marah) dan kasih sayang terhadap siswa
e.Menunjukan sikap kejujuran dalam melayani peserta didik
2.Menampilkan kegairahan dan kesungguhan
a.Menunjukkan kegairahan dalam mengajar;
b.Merangsang minat siswa untuk belajar;
c.Memberikan kesan kepada siswa bahwa ia menguasai bahan yang diajarkan
d.Memberikan kesan di hadapan siswa bahwa guru sungguh-sungguh akan memberikan bantuan kepada peserta didik
3.Mengelola interaksi antarpribasi
a.Memberikan ganjaran (reward) terhadap siswa yang berhasil;
b.Memberikan bimbingan khusus terhadap siswa yang belum berhasil;
c.Memberikan dorongan agar terjadi interaksi antar siswa;
d.Memberikan dorongan agar terjadi interaksi antara siswa dengan guru

Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah Inklusi

penempatan anak luar biasa di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut:

1. Kelas reguler (inklusi penuh)
2. Kelas reguler dengan cluster
3. Kelas reguler dengan pull out
4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out
5. Kelas khusus dengan berbagai pengintergrasian
6. Kelas khusus penuh

Kegiatan pembelajaran dalam seting inklusi akan berbeda baik dalam strategi, kegiatan, media, dan metode. Dalam seting inklusi, guru hendaknya dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa di kelas yang bersangkutan termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.

Hambatan belajar dapat berasal dari kesulitan menentukan strategi belajar dan metode belajar lainnya sebagai akibat dari faktor-faktor biologis, psikologis, lingkungan, atau gabungan dari beberapa faktor tersebut. Sebagai contoh gangguan sensoris seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran, merupakan hambatan dalam memperoleh masukan informasi dari luar. Disfungsi minimal otak mungkin akan berakibat yang cukup serius terhadap konsentrasi.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas tertentu mungkin berbeda dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas yang lain. Pada model Kelas Reguler (Inklusi Penuh), bahan belajar antara anak luar biasa dengan anak normal mungkin tidak berbeda secara signifikan; namun pada model Kelas Reguler dengan Cluster, bahan belajar antara siswa luar biasa dengan siswa normal biasanya tidak sama, bahkan antara sesama siswa luar biasa pun dapat berbeda.

Rabu, 05 Mei 2010

PENDIDIKAN UNTUK SEMUA


Slide 3

Pendidikan Dunia sepakat untuk :
Slide 3
  1. 1.mengerahkan komitmen politik nasional dan internasional yang kuat bagi Pendidikan untuk Semua, membangun rencana aksi nasional dan meningkatkan investasi yang besar dalam pendidikan dasar;
  2. 2.mempromosikan kebijakan Pendidikan untuk Semua dalam kerangka sektor yang berlanjut dan terpadu baik, yang jelas terkait dengan penghapusan kemiskinan dan strategi-strategi pembangunan;
  3. 3.menjamin keikutsertaan dan peran serta masyarakat madani dalam perumusan, pelaksanaan dan pemantauan strategi-strategi untuk pembangunan pendidikan;
  4. 4.mengembangkan sistem pengaturan dan manjemen pendidikan yang tanggap, partisipatori dan dapat dipertanggungjawabkan;
  5. memenuhi kebutuhan sistem pendidikan bagi daerah-daerah yang dilanda oleh pertikaian, bencana alam dan ketakstabilan, dan melaksanakan program-program pendidikan dengan cara-cara yang mempromosi saling pengertian, perdamaian dan toleransi, dan yang membantu mencegah kekerasan dan pertikaian;
  6. melaksanakan strategi-strategi terpadu untuk persamaan jender dalam pendidikan yang mengakui perlunya perubahan-perubahan sikap, nilai dan praktek;
  7. melaksanakan sebagai sesuatu yang mendesak à program dan tindakan pendidikan untuk memerangi wabah HIV/AIDS;
  8. menciptakan lingkungan sumber daya yang aman, sehat, inklusif dan adil yang kondusif bagi keunggulan dalam pembelajaran dengan tingkat-tingkat prestasi yang sudah jelas untuk semua
  9. meningkatkan status, moral dan profesionalisme guru-guru;
  10. memanfaatkan tehnologi-tehnologi informasi dan komunikasi baru untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan Pendidikan untuk Semua;
  11. secara sistematis memantau kemajuan ke arah tujuan-tujuan dan strategi-strategi Pendidikan untuk Semua pada tingkat-tingkat nasional, regional dan internasional;
  12. membangun di atas mekanisme yang sudah ada guna mempercepat kemajuan ke arah pendidikan untuk semua